Menanam Pohon Mangrove di Pulau Awanggoa, Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara |
Ilmu dan Lingkungan. Dua kata yang digabung menjadi sebuah frasa yang menggambarkan suatu pengetahuan tentang alam.
Apabila kita tarik pada kehidupan awal alam semesta berdasarkan sejarah umat manusia, betapa dahulu manusia secara fisik bersama berjuang mempertahankan kehidupan bersama manusia lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, manusia terus memperbaharui cara untuk menguasai alam semesta.
Keberadaan akal dan logika yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kemudian banyak disalahartikan oleh sebagian besar manusia. Alam yang dulunya seimbang, kini mengalami ketimpangan karena dieksploitasi oleh manusia dengan dalih kesejahteraan.
Dalih kesejahteraan dan kepuasan menjadi alasan untuk melegitimasi pengrusakan alam dengan berbagai cara dan di berbagai tempat. Apakah itu di laut, udara, maupun darat. Di laut, eksploitasi ikan, terumbu karang, melalui pengeboman, pengambilan pasir besar-besaran dan berbagai perilaku kasar terhadap alam tega dilakukan oleh manusia.
Di udara, manusia tidak peduli dengan efek rumah kaca yang bersumber dari kegiatan industri dan aktivitas manusia yang menggunakan mesin/teknologi berupa kendaraan yang menggunakan tenaga bahan bakar fossil, menyebabkan lapisan ozon menipis, es di kutub utara membeku dan berakibat pada kenaikan permukaan air laut sehingga terhadi erosi besar-besaran pada berbagai belahan dataran bumi.
Di daratan, mereka mengonversi hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman, membangun industri besar-besaran di kawasan hutan dimana limbahnya berdampak pada kerusakan biota sungai dan laut, mengeksploitasi berbagai spesies-spesies yang mereka anggap langka. Mereka kini melarang perbuatan yang dulu mereka kerjakan sendiri.
Semua aktivitas mereka yang hidup di darat mengancam kehidupan alam yang hidup berdampingan dengan manusia. Mereka membeli setiap barang pokok bersama plastik yang membungkusnya, plastik di buang dalam Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang pada akhirnya kembali di bakar atau di tanam. Ketika sampah plastik dibakar maka kembali menimbulkan sebab lapisan ozon menipis, sedangkan ketika sampah plastik itu di tanam maka akan berdampak pada kualitas tanah dan air dimana manusia bergantung padanya.
Tiada kata dan nasehat yang lebih indah kepada manusia untuk menjaga kelestarian alam kecuali terus menerus mengampanyekan perlindungan terhadap alam dengan memulai memberi pemahaman/prinsip dasar, yaitu: semua makhluk adalah sama. Sama dalam memiliki hak untuk hidup dan mendapat perlakuan baik sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar